TKI ( Tenaga Kerja Indonesia )

Aku lagi ingat !..!!... sekaranglah saatnya TKI ilegal mulai mudik di kampungku jaman tahun 1985 an ( Tenaga Kerja Indonesia ) Tiga kalimat yang mempunyai makna luas dan dalam apalagi bagi pelakunya, Saat ini Malaysia dan timur tengah masih menjadi primadona TKI Indonesia, dan Malaysia adalah yang terbayak di karenakan bahasa adat dan agama mempunyai kemiripan atau nyaris sama dengan negara kita, di tahun 1985 an atau sekitar 20 tahun yang lampau di daerahku bengkalis selatbaru, bantan tua yang langsung berbatasan dengan negara tangga Malaysia dan Singapura menempati urutan paling strategis untuk menyeberang menjadi TKI Ilegal terutama ke Malaysia

10 Ramadhan biasanya TKI mulai mudik dan puncaknya 5 hari sebelum Idul Fitri, dari Malaysia pulang lewat bengkalis untuk melanjutkan perjalanan ke pulau sumatra dan terus ke jawa karana perantau tersebut sebagian besar dari jawa dan 90 % mereka masuk dengan cara ilegal.

Kami waktu itu ikut ketiban rejeki dari TKI dengan menggunakan sepeda motor untuk ojek kami selalu menunggu kedatangan mereka di sungai liong dan sungai bantan tua, kami antar mereka ke bangkalis untuk mudik ke jawa, waktu itu ongkos ojek sudah lumayan mahal antara 15 – 20 Ringgit malaysia.

Tidak jarang kami harus main kucing- kucingan dengan oknum aparat polisi dan preman-preman pelabuhan karna jika ketahuan mereka pasti diperas dimintai uang dan barang bawaan, biasanya kami membantu TKI dengan cara mengirimkan uang dan barangnya lewat jasa kantor pos giro dan mereka Cuma membawa ongkos seperlunya saja untuk pulang, mereka mudah di kenali karena suka berjalan berkelompok dan sering menggunakan bahasa daerah.

Tekong ( orang yang menyeludupkan TKI ilegal terutama ke malaysia ) dan tekong yang terkenal saat itu adalah Hasan Gareng dan Awi dengan cara membayar belakangan lewat calo yang di Malaysia, setelah itu singkat kata mereka dijual untuk dipekerjakan sebagai buruh sawit dan bangunan sedangkan yang perempuan unumnya jadi PRT atau dalam bahasa kasarnya babu.

Mereka memilih untuk merantau meninggalkan kampung halaman mereka, meninggalkan anak, istri, ibu, bapak sanak dan saudara demi untuk memperbaiki ekonomi keluarga bahkan ada yang membawa istri dan anaknya yang masih sangat balita, ini di karenakan tidak cukupnya lowongan kerja di daerah ini , untuk yang berpendidikan pun nyaris tidak ada peluang, lagi apalagi bagi TKI yang umumnya pendidikannya minim sekali bahkan ada yang masih tuna hurup, mereka menganggap pintu rejeki dinegri ini sudah hampir tertutup untuk meraka.

Para TKI memang banyak yang berhasil, tetapi tidak sedikit juga yang mengalami nasip tragis disiksa, diperkosa, dibunuh, itupun tanpa hukum yang jelas, tidak terlapas dari itu sesampainya di pelabuhan-pelabuhan Indonesia oknum-oknum pegawai baik imigrasi, pelabuhan, polisi baik yang di Malaysia maupun Indonesia paling lihai memeras mereka dengan dalih yang bisa membuat para TKI ciut dan mau mambayar uang pelicin...dasar.

Pilihan menjadi TKI iti sebanarnya pahit, getir tetapi tetap mereka telan, itu bukan kehendak mereka hidup dalam kemiskinan, nista , dan papa, mereka juga ingin hidup layak, ingin supaya anaknya bisa sekolah, supaya sebulan sekali bisa makan daging ayam goreng ( tapi sekarang gak mau ya ... karna flu burung ya...) atau nonto tv karna sejak rumah berdiri tv tidak pernah singgal di rumah, mereka juga tau keturunan mereka hendaknya lebih maju.

Ini lah potret TKW kita yang malang di negeri orang : Nirmala Bonat, Erna Rusdini, Sundarti, Purwanti Paji dan Sumiyati Karyo Dikromo