Perjalan terahir Ibu Tersayang "1"
Wahai jiwa yang tentram, kembalilah pada tuhanmu, dalam keadaan redho dan diredhoi masuklah kedalam golongan hambaku dan masuklah kedam surgaku ((QS 89:27-30).
Saat itu jam menunjukkan pukul 4 pagi saat hp ku berbunyi dilayar terteralah nama Ina keponakan ku yang di Bengkalis, dia juga yang menemani serta menjaga kedua oRang tuaku, beserta mbak Sus dan suaminya mas Ran ‘ halo kataku membuka pembicaraan “ ada apa Na ‘ dari jauh sayup terdengar agar lirih Ina menjawab , Man “ mbah masuk rumah sakit, sejak jam 11 tadi malam mbah sakit perut dan sampai sekaRang belum uga ada ;perubahan, Iya kataku” nanati jika ada kabar apa-apa cepat ya kasi kabar Paman kataku menutup pembicaraan.
PikiRanku menjadi begitu resah ´aku harus pulang “ karena menurut kebiasaan jika Ibu Cuma sakit biasa dia pasti melaRang memberi kabar kami, Ibu tidak mau kami menjadi repot dan kepikiRan, kubangunkan istiku, dan kukatakan “ Nda siap-siap kita pulang kebangkalis “ Ibu masuk rumah sakit “ pagi ini, siapkan baju dan sarapan anak-anak kataku, tanpa minta peRumah Sakitetujuan istriku, banda langsung bangun dan mandi serta menasukkan pakaiyan kedalam tas agak banyak aja nda karena kita belum tahu berapa lama nanti kita diBengkalis, pakaian Zaza dan Adek Haura yang paling banyak kerena mereka masih suka main yang kotor-kotor, jam 7 kami sudah siap beRangkat, tidak lupa ku sms mas Sariono mengatakan bahwa aku pagi ini pulang keBengkalis.
Tepat jam 8:15 kapal Bengkalis wisata yang kali naiki, mulai bergerak berangkat keBengkalis meninggalkan pelabuhan tajung ru di pekanbaru, wajah Ibu terus terbayang mengiringi perjalananku, dalam hati aku terus berdoa mudah mudahan Ibu cepat smbuh apalagi dikunjungi cucu-cucunya akan bertambahlah semangatnya, apalagi Zaza beberapa hari lalu minta ditelponkan ia mau ngomong sama mbah katnya di rindu sama mbah diBengkalis, aku semakin jauh mengenang masa kanak-kanakku , Ibu dengan Susah payah mengantarku ke sekolah apalagi waktu itu jalan masih belum diaspal dan sering banjur kalau musim hujan tiba, aku suka marah-marah kalau Ibu terlambat jemput ke sekolah, Ibu dangan sabar dan senyum memberiku pengertian, kemuliaan hati Ibu memang baru dapat ku rasakan setelah aku dewasa seperti sekaRang ini, bekal agama dan ilmu yang Ibu berikan terasa berguna sekali, apa akan terjadi jika dulu Ibu membiarkanku, tanpa terasa kepedihan ini membuat mataku berkaca-kaca.
Ya Allah berilah aku petunjuk untuk mensyukuri nikmat-Mu dan dapat berbakti kepada kedua oRangtuaku Kau mengatakan dalam Al’quRan beRumah Sakitukurlah kepadaku dan kepada dua oRang Ibu dan Bapak mu, hanya kepadakulah kembalimu ( lukman:19 ), betapa tingginya kedudukanmu disisi Tuhan, betapa mulyanya tugasmu Ibu sehingga Allah menjanjikan ampunan serta surga buat hambanya yang taat kepada kedua oRang tua, sentuhan tangan Ibulah yang membuat aku seperti sekaRang ini berkat doa Ibu.
Pelabuah Bengkalis sudah mullah jelas terlihat jelas, Yah kita sudah sampai yang membuyarkan lamunanku, begitu menaiki pelabuhan Bengkalis kami sudah dijemput Ina dan Papanya, Na bagai mana kondisi mbah tanpa menunggu Ina memberi keteRangan kepadaku, tadi sudah sedikit ada kuRang tapi masih pakai oksigen ( Ibu juga menderita asma sejar 10 tahun terahir ini, kami langsung pulang perjalanan ini terasa lebih lama mungkin karna aku pingin cepat-cepat ketemu Ibu, sampai dirumahsakit aku langsung menuju kamar dimana Ibu dirawat, Ibu sedang duduk dan melihat kedatanganku dari wajahnya terlihat Ibu begitu senang tetapi tidak bisa disembunyikan Ibu sedang menahan sakit yang amat sangat, sementara tarikan nafasnya begitu berat, salaman dan pelukan ku dibalas Ibu ketentraman ku dibayangi oleh sakit yang diderita Ibu “ sambil kutanya bagaimana bu masih belum ada kuRang sakitnya kataku, udah mendingankok kata Ibu menghIbur ku walau aku tidak percaya, itulah Ibu dia kepingin menyenangkan hati anaknya dan cucu-cucunya, Bunda Zaza dan adek pun langsung memeluk Ibu.
Ibu , hari Selasa Yudi dan shele anak mas Sariono datang mengunjungi Ibu tapi Cuma satu malam besok siangnya mereka sudah pulang kembali ke pekanbaru, Rabu 18 april 2007 keadaan Ibu belum ada tanda-tanda membaik malahan menurut mbak Sus dan juga pandanganku perut Ibu mengalami pembengkakan, pagi ini dr yang merawat Ibu menyaRankan untuk membawa Ibu scan dan Ransen ( retrogen ) untuk memastikan penyakit Ibu, karena menurut keteRangan mbak Sus Ibu sejak sakit kemaren Ibu mengeluh sakit di perut bagian bawah, beberapa tahapan pemeriksaanpun dilalui dan hasil sementara di empedu Ibu ada batu ( batu empedu ), aku lanhsung menelpon mas Sariono untuk memberitkan tenteng penyakit Ibu dan langkah apa yang perlu kita tempuh, di berjanji menghubungi dr Awalbros dan ibnu sIna di pekanbaru untuk mendiskusikan apakah Ibu dapat di rawat di sana, setelah dipastikan bisa mas Sariono menghubungi ku untuk membawa Ibu kepakanbaru.
Malam jumat aku pulang beRumah Sakitama mas Ran kira kira jam 19:00 untuk mendikusikan ke Bapak tentang Rancana membawa Ibu ke pekanbaru, Bapak yang sejak beberapa hari ini tensinya naik terus apalagi jika ia kuRang tidur, kelelahan dan bayak pikiRan, Ibu sejak pertama menolak untuk dibawa berobat ke pekanbaru, Ibu maunya dirawat di Bengkalis saja, setalah panjang lebar diskusi dengan Bapak ia menyetujui rencana kami Ibu dibawa berobat, kami sudah berencana kembali kerumah sakit, tapi keduluan dijemput karna sakit perut Ibu kambuh lagi, kamipun bergegas kembali ke rumah sakit yang berjarak lebih kuRang 3 Km dari rumah kami.
Malam itu Ibu benar-benar kesakitan dokter terus mengamati perkembangan Ibu detik demi detik tidak tergambar sebelumnya Ibu mengalami sakit yang begitu berat seperti ini, Ibu seperti tidak kuat lagi menahan sakit sambil memegangi perutnya Ibu terus berucap “ astagfirullah tanpa henti “ Ya Allah jangan siksa Ibu begini berilah dia kesembuhan ya Allah, semua keluarga berkumpul di Rumah Sakit air mata dan doa terus kami panjatkan semoga sakit Ibu berkuRang, wajah-wajah letih pun menghiasi ruangan rumahsakit, mbak Sus yang sudah beberapa hari ini nyaris tidak pernah tidur lama karma terus menjaga Ibu dan setelah kira-kira jam 4 an, sepertinya sakit Ibu agak reda , Ibu adalah sosok pelinnung sejati yang tidak pernah tergantikan naluri itu tidak penah terkikis walau dalam keadaan apapun, satu kata yang masih terngiang dan tidak pernah dapat ku lupakan sampai kapan pun “ tidurlah dulu Ibu tidak apa, lihat anak anakmu apa dia sudah tidur “ kalimat yang begitu bermakna bagiku bagi seoRang anak yang begitu menyayangi Ibu.
Sebelumnya jam 23:15 aku sudah menelpon Mas Sariono supaya pulang, kami dan dokter terus mamtai keadaan Ibu, yang jelas besok pagi Ibu kita bawa dulu ke Rumah Sakit Bengkalis agar perawatannya lebih baik sambil menunggu langkah selanjutnya,.
Pagi ini kami sudah siap-siap membawa Ibu kerumah sakit Bengkalis dengan ambulance mas Ran dan mbak Sus naik ambulan sedangkan saya membawa sepeda motor, sampai di greand hospital Bengkalis jam 11:00 langsung masuk ruang UGD dan ditangani dokter umum wanita, setelah melakukan pemeriksaan awal diputuskan bahwa Ibu harus dipasang selang melalui hidung untuk membantu mengeluarkan caiRan dari paru-paru Ibu agar pembengkakn perut Ibu dapat di hambat, Ibu kembali teRumah Sakitiksa saat pemasangan selang oleh dua oRang Suster dan kelihatan Ibu muntah beberapa kali, lebih kuRang jam 13:00 Ibu masuk ruang perawatan sambil menunggu dokter ahli untuk mendiahnosa penyakit Ibu, sakit Ibu masih juga belum reda kami dilaRang memberi makanan atau air minum ke Ibu,walaupun Ibu kelihatan kehausan hal ini dilakukan untuk menguRangi pembengkakan karma Ibu dari semalam tidak bias bab ( buang air besar maupun kecil ), sama seperti halnya aku mbak Sus dan mas Ran juga sudah sangat kelelahan baik jasmani dan rohani, jam 17:00 mas Sariono dari duri perjalanannya kali ini banyak hambatan kappa dumai exspress yang biasanya setiap hari bolak-balik Bengkalis dumai masuk dok ( service rutine ) dan harus naik travel melalui darat lewat pakning yang jalannya sangat buruk dan haru kembali naik RORO yang memakan waktu 1 jaman, perjalanan yang begitu melelahkan.
Ibu tampak terharu dengan kedatangan mas sarono, suasana itu pun dirasakan oleh mak Sus aku dan mas Ran, tanpa terasa airmataku kembali menetes melihat kondisi Ibu yang belum juga ada penerkembangan yang positif kami juga saling melepas kerinduan karna saat ini kami berjumpa beRumah Sakitama dirumah sakit, dan Ibu dalam keadaan sakit pula, hari pertemuan ini juga merupakan hari pertemuan terahir kami antara Ibu dan ketiga anaknya, karna setelah itu Ibu tidak sadar sampai Ibu meninggal.
Sungguh mulia engkau Ibu, tatkala aku terpuruk dan nyaris putus asa, engkau dengan sabar membimbingku, mendoakan aku menjadi anak yang sholeh dan selalu berpijak pada iman ihlas dan ihsan serta selalu tabah untuk menghadapi serta menerima sesulit apapun keadaan yang akan dihadapi, Ibu engakulah yang memperkenalkan aku tantang dunia ini, kau kandung aku 9 bulan, kau rawat aku denga sentuhan kasih sayang , Ibu kaulah segalnya bagiku jika oRang mengatakan “ surga dibawah telapak kaki bu “ itu merpan ungkapan tanpa cela untuk menghormati sosok Ibu, tanpa doa yang ihlas darinya, betapa pun besarnya amal yang kita kerjakan allah tidak akan meliriknya.
Sekitar jam 18:00 Ibu dibawa masuk ke ruang ICU, kami dari pihak keluarga dipanggil dokter pri yang merupak dokter bedah di RUMAH SAKIT grean hospital Bengkalis, selanjutnya dia menanyakan kami ada hubungan apa dengan pasien Ibu Maisyah ‘ kami katakana bahwa kami adalah ana-anak dari Ibu Maisyah ‘ dokter pun kembali melanjutkan pembicaraannya dan meneRangkan hasil labor bahwa kondisi Ibu saat ini sudah cukup parah yang pasti uSus Ibu sudah bengkak dan infeksi, Cuma pembengkakan tesebut baru bias diketahui secara pasti jika sudah dilakukan pembedahan itupun merpakan pilihan yang sangat sulit hasilnya 50:50 dan jika dibiarkan dr tidak tau berapa lama Ibu dapat bertahan namun semuanya itu tergantung keluarga ( dilakukan operasi ataupun diobati aja ), namun semuanya tuhan yang menentukan karena semua sudah ada jalanya kita manusia tinggal menjalani saja, ungapan dr yang berusaha menghIbur kami, malamnya kami berkumpul kembali serta berdiskusi karna sebelunya Dokter Chaca memmberi penjelasan serta saRan agar Ibu di bawa kerumah sakit di Malaysia yaitu mahkota atapun pantai ayer keroh di malaka, Rancana sudah matang bahwa Ibu akan kami bawa rumah sakit di Malaysai dengan pertimbangan Peralatan dan kemampuan serta jarak yang lebih dekat akan memudahkan efakuasi, kerena Ibu harus di dampingi dr dan suter juga dari ICU TO ICU ( keluar dari Icu gren hospital Bengkalis dan langsung masuk ke ICU di Rumah Sakit Malaysia ).
Lankah pertama adalah pembuatan paspor karna Ibu tidak mempunyai paspor yang ada paspor haji itupun tidak bisa dipergunakan untuk kunjungan atapun berobat , langakah kedua Terbentur dengan hari sabtu dan minggu ( kantor imigrasi lIbur ), peRumah Sakityaratan adm surat nikah Ibu beda tahun dan tanggal dengan KTP jadi harus diSusaikan dulu, Kerja keras Ina dan Mas Ran ahirnya untuk melangkapi syarat adm nya sore hari sabtu semua sudah siap tinggal menghubungi pihak imigrasi ( dengan bantuan dr chaca ) jam 23:00 paspor Ibu mulai dikerjakan, kesulitan di Bengkalis lampu satu hari hidup satu hari mati hal itu juga menambah rumitnya kerjaan dan setelah melalui proses yang panjang serta membayar agak beda dengan biasanya pagi jam 07:00 paspor Ibu siap.
Rencana untuk berengkat hari minggu gagal lagi hal itu disebebkan dr yang seharusnya mendampingi Ibu mendadak sakit akibat kelelahan, ini sunggu suatu cobaan bagi Ibu dan juga semua keluarga, tidak henti-hentinya kami berdoa agar Ibu bisa cepat beRangkat dan dapat ditangani dengan benar pula sehingga Ibu dapat tertolong serda sehat dan bias berkumpul lagi bercanda bercengkrama beRumah Sakitama lagi.
Hari senin Ibu, Mas Sariono, Mas Ran serta semua peralatan, dokter dan Suster sudah siap, perlahan lahan ambulan meninggalkan rumah sakit menuju pelabuhan laksemana sesampai disana aku mengurus adm si pelabuhan sementara Ibu lansung diawa masuk tanpa melewati pintu pemeriksaan dengan melalui pintu darurat, setelah menunggu beberapa lama electric bed ( tempat tidur pasien ) bergerak didorong masuk menuju kapal setelah siap didalam dan semua alat medis terpasang dengan sempurna, kami pun kembali mengampiri Ibu, isak tengis dan air mata keluarga tidak dapat ternedung lagi, Bapak, mbak Sus, mabak sri, Ina, yanti cucu-cucu Ibu serta keluarga dekat tertumpah disini, tiada perpisahan seberat hari ini, Ibu akan berjuang untuk sembuh sementara keluarga hanya dapat memohon kepada pengasa alam agar Ibu dapat pulang dalam keadaan sembuh, walaupun di dalam hati kami menyangsikan hal tesebut tetapi kami masih optimis Ibu akan sembuh, setelah aku mencum Ibu dan membisikan kepadanya kami menunggu Ibu, Ibu harus kuat, harta kami adalah Ibu, aku yakin Ibu mendengarkanku walapun Ibu sudah tidak sadar dari 4 hari yang lalu.
Tidak beberapa lama setelah mengcapkan kata perpisahan kapal mulia kencana 9 yang mambawa Ibu bergerak meninggalkan pelabuhan Bengkalis menuju Malaysia, sementara aku dan keluarga kembali ke rumah sakit untuk siap-siap pulang kepekanbaru karena aku hari Rabu harus kerja sementara cutiku sudah habis kupakai waktu lebaRan dan saat Ibu sakit kemaren, jam 12:00 kamipun kembali kepelabuhan untuk melanjutkan perjalanan ke pekanbaru, aku berencana untuk menyiapkan paspor sambil kerja agar pas aku lebur besok dapat menusul ke malaka.
Sesampainya di malaka…..==>
0 Comments:
Posting Komentar
<< Home