Reog Ponorogo - Pekanbaru " Tetap jaya "
Reog, Kebanggaan akan seni reog inilah membuat reog tetap ada, perantau ponorogo akan membuat grup-gorup reog dimanapun mereka merantau dan sekarang Reog ponorogo telah mendunia dan terus lestari.
Sementara Reog dalah salah satu kesenian budaya yang berasal dari Jawa timur bagian barat-laut dan Ponorogo dianggap sebagai kota asal Reog yang sebenarnya. Gerbang kota Ponorogo dihiasi oleh sosok warok dan gemplak, dua sosok yang ikut tampil pada saat reog dipertunjukkan.
Reog adalah salah satu budaya daerah di Indonesia yang masih sangat kental dengan hal-hal yang berbau mistik dan ilmu kebatinan yang kuat.
Beberapa Versi cerita asal Reog Salahsatunya, adalah seorang putri nan cantik bernama Dewi Songgolangit, adalah putri raja dari Kediri keayuannya sertra baiknya budi pekerti membuat banyak sekali pangeran yang ingin memperistrinya.
Tapi Dewi Songgolangit belum berkeinginan berumah tangga, dan pada ahirnya paduka raja bertanya kepada “Anakku, sampai kapan kau akan menolak setiap pangeran yang datang melamar.
“Ayahanda… sebenarnya hamba belum berhasrat untuk bersuami. Namun jika ayahanda sangat mengharapkan, baiklah. Namun hamba minta syarat, calon suami hamba harus bisa memenuhi keinginan hamba.” Apa itu Tanya raja ? Ayah Calon suami ku nanti harus mampu menghadirkan suatu tontonan yang menarik. Tontonan atau keramaian yang belum ada sebelumnya. Semacam tarian yang diiringi tabuhan dan gamelan. Dilengkapi dengan barisan kuda kembar sebanyak seratus empat puluh ekor. Nantinya akan dijadikan iringan pengantin. Terakhir harus dapat menghadirkan binatang berkepala dua.”
lalu raja mengumumkan ke semua negri apa yang menjadi syarat jika ingin menyunting sang putri, Siapa saja boleh mengikuti sayembara itu.
Setelah melalui seleksi yang sangat , akhirnya tinggal dua orang yang menyatakan sanggup memenuhi permintaan Dewi Songgolangit. Mereka adalah Raja Singabarong dari Kerajaan Lodaya dan Raja Kelanaswandana dari Kerajaan Bandarangin.
Ahirnya untuk menentukan pemenangnya pertempuran kedua pangeran ini pun tidak dapat dihindari dan terjadi sangat sengit, yang ahirnya dimenangkan Kelanaswandana dari Kerajaan Bandarangin
Dan pada hari yang ditentukan datanglah rombongan Raja Kelanaswandana dengan kesenian Reog sebagai pengiring. Raja Kelanaswandana datang dengan iringan seratus empat puluh empat ekor kuda kembar, dengan suara gamelan, gendang dan terompet aneh yang menimbulkan perpaduan suara aneh, merdu mendayu-dayu. Ditambah lagi dengan hadirnya seekor binatang berkepala dua yang menari-nari liar namun indah dan menarik hati. Semua orang yang menonton bersorak kegirangan, tanpa terasa mereka ikut menari-nari dan berjingkrak-jingkrak kegirangan mengikuti suara musik.
Demikianlah, pada akhirnya Dewi Songgolangit menjadi permaisuri Raja Kelanaswandana dan diboyong ke Bandarangin di Wengker. Wengker adalah nama lain dari Ponorogo sehingga di kemudian hari kesenian Reog itu disebut Reog Ponorogo. ( Salah satu grup Reog singo taruno di Tangkerang Pekanbaru, dari berbagai sumber )
Sementara Reog dalah salah satu kesenian budaya yang berasal dari Jawa timur bagian barat-laut dan Ponorogo dianggap sebagai kota asal Reog yang sebenarnya. Gerbang kota Ponorogo dihiasi oleh sosok warok dan gemplak, dua sosok yang ikut tampil pada saat reog dipertunjukkan.
Reog adalah salah satu budaya daerah di Indonesia yang masih sangat kental dengan hal-hal yang berbau mistik dan ilmu kebatinan yang kuat.
Beberapa Versi cerita asal Reog Salahsatunya, adalah seorang putri nan cantik bernama Dewi Songgolangit, adalah putri raja dari Kediri keayuannya sertra baiknya budi pekerti membuat banyak sekali pangeran yang ingin memperistrinya.
Tapi Dewi Songgolangit belum berkeinginan berumah tangga, dan pada ahirnya paduka raja bertanya kepada “Anakku, sampai kapan kau akan menolak setiap pangeran yang datang melamar.
“Ayahanda… sebenarnya hamba belum berhasrat untuk bersuami. Namun jika ayahanda sangat mengharapkan, baiklah. Namun hamba minta syarat, calon suami hamba harus bisa memenuhi keinginan hamba.” Apa itu Tanya raja ? Ayah Calon suami ku nanti harus mampu menghadirkan suatu tontonan yang menarik. Tontonan atau keramaian yang belum ada sebelumnya. Semacam tarian yang diiringi tabuhan dan gamelan. Dilengkapi dengan barisan kuda kembar sebanyak seratus empat puluh ekor. Nantinya akan dijadikan iringan pengantin. Terakhir harus dapat menghadirkan binatang berkepala dua.”
lalu raja mengumumkan ke semua negri apa yang menjadi syarat jika ingin menyunting sang putri, Siapa saja boleh mengikuti sayembara itu.
Setelah melalui seleksi yang sangat , akhirnya tinggal dua orang yang menyatakan sanggup memenuhi permintaan Dewi Songgolangit. Mereka adalah Raja Singabarong dari Kerajaan Lodaya dan Raja Kelanaswandana dari Kerajaan Bandarangin.
Ahirnya untuk menentukan pemenangnya pertempuran kedua pangeran ini pun tidak dapat dihindari dan terjadi sangat sengit, yang ahirnya dimenangkan Kelanaswandana dari Kerajaan Bandarangin
Dan pada hari yang ditentukan datanglah rombongan Raja Kelanaswandana dengan kesenian Reog sebagai pengiring. Raja Kelanaswandana datang dengan iringan seratus empat puluh empat ekor kuda kembar, dengan suara gamelan, gendang dan terompet aneh yang menimbulkan perpaduan suara aneh, merdu mendayu-dayu. Ditambah lagi dengan hadirnya seekor binatang berkepala dua yang menari-nari liar namun indah dan menarik hati. Semua orang yang menonton bersorak kegirangan, tanpa terasa mereka ikut menari-nari dan berjingkrak-jingkrak kegirangan mengikuti suara musik.
Demikianlah, pada akhirnya Dewi Songgolangit menjadi permaisuri Raja Kelanaswandana dan diboyong ke Bandarangin di Wengker. Wengker adalah nama lain dari Ponorogo sehingga di kemudian hari kesenian Reog itu disebut Reog Ponorogo. ( Salah satu grup Reog singo taruno di Tangkerang Pekanbaru, dari berbagai sumber )
3 Comments:
reog tetap jaya... ( andre pekanbaru )
Trimks atas apresiasi anda terhadap kesenian reog ponorogo, khususnya reog singo taruno pekanbaru, klu boleh nanya gambar diatas dalam rangka acara apaya, dan dimana ?
Foto diatas diambil waktu acara pernikahan di Jl. Sakuntala Pekanbaru, Makasih atas Responnya...
Posting Komentar
<< Home