Selasa, November 28, 2006

Jumiati

Miris sekali saat aku membaca surat kabar lokal, “ Jumiati “ balita 8 bulan asal marpoyan damai pekanbaru, mengalami gizi buruk di telantarkan di rumah sakit umum Pekanbaru, hal ini terjadi sejak 1 minggu yang lalu dan sampai hari ini belum ditangani dengan serius oleh pihak rumah sakit, Jumiati selain mengalami gizi buruk juga alergi pada kulit dan flu berat, pasien ini ditempatkan di kelas III yang sangat sesak karena 14 tempat tidur masuk keruangan ini.

Penanganan yang tidak serius mengakibatkan Jumiati tidak malah sembuh namun mengalami inveksi di kulit punggungnya dan menimbulkan bau yang tidak enak, tindakan dokter baru berupa pemberian salep dan beberapa obat lainnya, tim medis juga tidak berinisiatif untuk memindahkan Jumiati ke ruang isolasi atau ruang lainnya yang lebih baik serta ditangani dengan serius, mungkin ini karena keluarga Jumiati termasuk dalam keluarga yang kurang beruntung dari segi ekonominya.

Kita tidak habis pikir setelah 61 tahun kita merdeka telah dibuat rambu UU yaitu (pasal 34 UUD 45) wajah pelayanan public kita tetapb begitu menyedihkan, Rumah sakit megah dibangun disini dengan duit rakyat, mungkin setara dengan Mount Elizabeth hospital di Singapura tidak dapat di nikmati terutama rakyak miskin, 8.7 miliar telah di kucurkan untuk biaya berobat gratis di pekanbaru tidak juga cukup, Dokter, Suster, dan tenaga medis lainnya digaji juga dengan uang rakyat mereka tidak tau UU RI No 23 Th 1992 tentang kesehatan bab III pasal 4 ( Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang optimal )

Kita mengklaim diri bahwa kita adalah bangsa yang religius namun pada prakteknya kita telah gagal, nilai-nilau luhur bangsa ini telah surut, tidak bisa kita pungkiri jika masih ada orang-orang yang berkarakter mulia walapun itu jumlahnya sangat minoritas sekali.

Pelayan public yang buruk mungkin sudah dialami semua orang, yang membedakan adalah tempat dan instansinya aja yang beda, aku sendiri pernah mengalaminya sendiri, waktu itu sekita bulan Oktober 2006, aku sengaja mengajak “ Zaza “ anakku ke BRI cab. Tangkerang, aku coba membisakan dan menumbuhkan jiwa menabung anakku, waktu itu uang yang ku tabung memang sangat sedikit Rp. 10.000.00.- setelah siap mengisi slip penyetoran, buku tabunga dan selip penyetoran ku masukkan dikotak antrian, setelah urutanku sampai aku pun dipanggil, aku maju sambil menyerahkan lembaran uang, tidak lama memang prosespun selesai, namun betapa terkejutnya aku saat petugas Bank memberikan buku tabunganku dengan tangan kiri sambil setengan melempar tanpa melihatku , untung aja saat itu emosiku lagi baik, dengan sabar dan tanpa protes ku tinggalkan meja petugas kasir sambil berjalan menuju pintu keluar, walaupun benakuku sendiri terus bergumam “ inilah wajah pelayan public di negeriku, Gaji, gaji ke 13, tunjanga jabatan, lembur, traspot, biaya kemahalan, Bapeltarum, askes semua gratis diberikan pemerintah hanya untuk melayani dengan baik, tidak dibedakan bagi yang kaya ataupun yang miskin, tapi mereka masih terpaksa…?..

mungkin sumpah yang diucapkan kemaren sudah lupa :

Lafal Sumpah Dokter

Demi Allah, saya bersumpah bahwa :
Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan;Saya akan memberikan kepada guru-guru saya penghormatan dan pernyataan terima kasih yang selayaknya;Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara yang berhormat dan ber­moral tinggi, sesuai dengan martabat pekerjaan saya;
Kesehatan penderita senantiasa akan saya utamakan;Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerja­an saya dan karena keilmuan saya sebagai dokter;Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur jabatan kedokteran;Saya akan memperlakukan teman sejawat saya sebagai mana saya sendiri ingin diperlakukan;Dalam menunaikan kewajiban terhadap penderita, saya akan berikhtiar dengan sungguh-sungguh supaya saya tidak terpengaruh oleh pertimbang an keagamaan, kebangsaan, kesukuan, politik kepartaian atau kedudukan sosial;Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai dari saat pembuahan;Sekalipun diancam, saya tidak akan mempergunakan pengetahuan ke­dokteran saya untuk sesuatu yang bertentangan dengan hukum perikemanusiaan;
Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh-sungguh dan dengan memper­taruhkan kehormatan diri saya.

1 Comments:

At 10:35 AM, Anonymous Anonim said...

Memang menyedihkan. Bangsa kita telah lupa akan tatasusila dan adap sopan.

Kiriman - dari Johor

 

Posting Komentar

<< Home

 sekedar ungkapan hati


Blogger Indonesia

.:[Close][Klik 2x]:.
" Terimakasih atas kunjungan anda ".... Jangan Lupa tinggalkan pesan di ShoutMix



Powered by IP2Location.com

TERIMAKASIH

SEKEDAR UNGKAPAN HATI